Pencapaian sehat secara holistik meliputi dimensi fisik,
mental, spiritual dan sosial telah lama ditetapkan sebagai tujuan pelayanan
kesehatan di negara Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang Undang
Kesehatan Nomor 36 tahun 2009. Tetapi faktanya, hingga 10 tahun telah berlalu,
kita masih berjuang bahkan hanya untuk sekedar bertahan hidup dan menurunkan
angka kematian ibu dan bayi. Padahal tujuan sehat secara holistik sebagaimana
definisi undang undang kesehatan, tidak hanya bicara bagaimana bertahan hidup,
tetapi juga bagaimana menjalani hidup (kualitas hidup).
Bangsa Indonesia, dengan falsafah pancasila terutama sila
pertama, memiliki karakter yang relijius, senantiasa melibatkan
keberadaan sang pencipta baik dalam kehidupan bernegara maupun urusan
sehari-hari, termasuk dalam kondisi sakit. Berdo’a dan melakukan ritual
keagamaan adalah hal yang dilakukan terlebih dahulu ketika masyarakat Indonesia
dalam kondisi sakit. Keberadaan paraji yang tidak dapat digantikan oleh bidan
dalam kurun waktu yang lama adalah juga karena mereka mampu memenuhi kebutuhan
spiritual para ibu dalam masa hamil maupun bersalin. Umat Islam sebagai
masyarakat mayoritas di Indonesia memerlukan bimbingan do’a-do’a untuk
menenangkan bathin dan menguatkan kondisi spiritualnya saat menjalani masa-masa
yang menegangkan maupun menyakitkan, termasuk fase persalinan. Tetapi sayang sekali,
kebutuhan spiritual ini secara umum tidak dapat diberikan oleh petugas
kesehatan di Indonesia. Kurikulum pada pendidikan kesehatan pun tidak banyak
yang memasukkan dimensi spiritual ke dalam mata kuliah inti.
Bidan sebagai bagian integral dari petugas pelayanan
kesehatan bertanggungjawab memberikan pelayanan kesehatan holistik secara
langsung kepada klien, demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, khususnya kesehatan ibu dan anak. Fakta di lapangan maupun berdasarkan
evaluasi buku catatan pelayanan kebidanan, fokus terbesar dari asuhan kebidanan
masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan fisik dan mental. hanya sedikit sekali
asuhan kebidanan menyentuh sisi spiritual klien baik pada pengkajian maupun
pemberian asuhan. Pada sisi lain, standar kompetensi bidan memberi
peluang yang sangat terbuka serta dukungan bagi bidan untuk berinovasi
dalam pemberian asuhan normal.
Program studi kebidanan di Universitas ‘Aisyiyah Bandung
dalam beberapa tahun ini telah mencoba merumuskan format pengkajian dan asuhan
kebidanan yang menyentuh sisi spiritual dalam upaya memenuhi kebutuhan
kesehatan holistik bagi klien bidan. semoga upaya yang telah dibangun secara
berkesinambungan melalui berbagai penelitian dan aplikasi di tempat-tempat
pelayanan kebidanan yang menjadi mitra lahan praktik dapat memberikan
kontribusi kepada masyarakat, khususnya para ibu-ibu yang menjadi klien bidan.
No responses yet